Tradisi Nyadran di Wilayah Kalurahan Sitimulyo

04 Maret 2024
HUSEIN NUR WIJAYA
Dibaca 45 Kali
Tradisi Nyadran di Wilayah Kalurahan Sitimulyo

Menjelang bulan Ramadan terdapat tradisi yang dilakukan oleh masyarakat muslim di Jawa, yaitu Nyadan. Tradisi ini telah turun temurun dan masih dilaksanakan oleh Sebagian besar masyarakat tidak terkecuali di Kalurahan Sitimulyo. Tidak sedikit di makam-makam atau di wilayah kalurahan yang masih dan tetap melaksanakan Nyadran. Nyadran menjadi bagian penting bagi masyarakat Jawa. Sebab, masyarakat menjadikan Nyadran sebagai momentum untuk menghormati para leluhur dan ungkapan syukur kepada Sang Pencipta. Maka dapat dikatakan Nyadran adalah salah satu tradisi yang lekat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Jawa. 

Nyadran sendiri berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha”yang memuliki arti keyakinan. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya jawa dengan islam. Nyadran dikenal juga dengan nama Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah (kalender Jawa) atau di bulan Sya’ban (kalender Hijriyah) setiap menjelang Puasa Ramadan.

Di Wilayah Kalurahan Sitimulyo sendiri di masing-masing Padukuhan masih banyak ditemukan budaya Nyadran tersebut, dari masing-masing wilayah tersebut waktu dan tempat berbeda-beda tergantung dari keputusan masyarakat dusun setempat.Tradisi ini memiliki beberapa kegiatan, diawali dengan masyarakat atau anggota keluarga yang masih hidup gotong royong ke makam untuk membersihkan makam pada orang tua atau leluhur. Masyarakat juga membuat dan membagikan makanan untuk disantap bersama. Selanjutnya dalam prakteknya masyarakat atau anggota keluarga berkumpul mendoakan leluhur yang sudah meninggal. Kegiatan mendoakan ini dapat dilakukan di masjid, di tempat tokoh masyarakat yang dituakan ataupun di area sekitar makam dan diakhiri dengan ziarah ke makam leluhur atau keluarga yang sudah meninggal.

Tradisi Nyadran dilakukan dengan berbagai kearifan lokal masing-masing tempat sehingga dibeberapa tempat terdapat perbedaan-perbedaan dalam prosesi pelaksanaannya. Namun meski dibeberapa wilayah terdapat perbedaan, tetapi yang dapat dipetik tentunya nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini seperti selalu ingat kepada Tuhan, gotong royong, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat di suatu lingkungan.